Sekilas Cerita Tentang Perjuangan Saya Dalam Mengasah Bakat
- indrasadewo
- Jan 13, 2017
- 6 min read
Sebagai manusia tentunya saya memiliki bakat dan potensi. Namun, tidak semua bakat yang saya miliki ingin saya kembangkan. Saya adalah jenis orang yang tidak bisa melakukan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Begitu juga dengan perkembangan bakat dan potensi saya.
Ada pula yang disebut Passion. Kata "Passion" mempunyai banyak arti bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tapi "Passion" yang saya maksud di sini adalah suatu hal atau bidang yang apabila saya bergelut di dalamnya, saya merasa tenang dan senang luar biasa. Di bawah ini saya akan bercerita tentang 3 passions saya:
1. Musik
Saya pernah dikisahkan oleh orang tua saya, ketika saya dan kakak saya masih kecil, hampir setiap malam kami tidak mau tidur sebelum ayah saya menyetel lagu Stairway To Heaven oleh Deep Purple. Ketika lagu tersebut dimainkan, kami mulai tenang dan segera tertidur.
Seiring berjalannya waktu, genre musik saya dengan kakak saya mulai terlihat. Saya suka dengan musik rock sedangkan kakak saya menyukai musik klasik. Benar saja, ketika kakak saya kuliah, dia menjadi pemain biola di sebuah orkestra yang terdiri dari mahasiswa di kampusnya. Sedangkan saya sudah mulai menjadi pemain band sejak kelas 2 SMP hingga sekarang.
Passion saya yang pertama kali saya temukan adalah bermain gitar. Berawal dari kekaguman saya pada teman dekat saya, Audi Rahmadani yang dapat memainkan gitar dengan sangat piawai. Ini dia orangnya.


Sejak saat itu saya mulai belajar memainkan gitar dan mengikuti kursus gitar klasik. Sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan musik klasik. Tapi ayah saya mengatakan bahwa lebih baik mengikuti kursus gitar klasik dari pada kursus gitar pop. Walaupun dengan agak berat hati, saya tetap mengikuti kursus gitar klasik. Tapi, memang selalu ada hikmah di balik hal yang tidak kita harapkan. Dengan mengikuti kursus gitar klasik, saya sekarang memiliki dasar kemampuan untuk memetik senar gitar dengan lebih piawai dan bisa lebih mudah untuk menentukan nada bass dan nada pasangannya tanpa perlu melihat tab (maaf ya teman-teman, saya memakai istilah yang mungkin apabila kamu tidak bermain gitar, tidak mengerti). Mungkin orang lain yang tidak memiliki dasar klasik tidak bisa semudah itu memiliki kemampuan tersebut. Maaf ya, bukannya sombong, saya hanya ingin menunjukkan pada kamu bahwa jangan sedih apabila kamu mengalami hal-hal yang tidak kamu harapkan karena selalu ada hikmah di baliknya kok :).
Tidak lama setelah saya belajar gitar, saya menemukan passion saya yang lain, yaitu bernyanyi. Tidak disangka, ternyata untuk bisa bernyanyi tidak segampang yang saya kira. Saat kelas 3 SMP saya mulai menjadi vokalis sekaligus gitaris. Tetapi, setelah saya mendengar rekaman permainan band saya, saya sadar bahwa suara saya sering tidak kuat untuk mencapai nada tinggi dan akhirnya nadanya menyimpang tidak karuan.
Seringkali saya ditertawakan penonton ketika tampil di atas panggung, bahkan anggota band saya mulai komplain dengan suara saya. Saya sadar saya tidak menyanyi dengan bagus, tapi saya percaya saya bisa memerbaikinya. Big sacrifice, big victory itulah motto hidup saya yang saya juga lupa dapat dari mana.
Saya terus berlatih sendiri di rumah setiap pulang sekolah. Saya hanya bermodalkan telinga untuk mendengar nyanyian vokalis-vokalis band yang saya sukai. Saya cari tahu dari mana asal suara mereka sehingga mereka kuat mencapai nada tinggi. Saya pelajari teknik-teknik bernyanyi, tak henti-hentinya saya berlatih dan terus berlatih. Akhirnya kerja keras saya mulai terasa manisnya. Lambat laun, suara saya semakin kuat dan berhasil mencapai nada-nada yang cukup tinggi. Saya menguasai teknik pernapasan perut dan pecah suara. Tetapi, saya tahu, saya masih sangat jauh dari sempurna.
Saat kuliah akhir semester dua, saya mengikuti kursus vokal untuk memperdalam teknik vokal saya. Ternyata, teknik vokal yang sesungguhnya cukup membuat saya agak kewalahan untuk mempelajarinya pada awalnya. Namun, lambat laun saya mulai bisa menyesuaikan dan mengejar ketertinggalan saya. Hingga sekarang, saya masih terus mengikuti kursus vokal dan tidak akan pernah menyerah dalam menggapai apa yang saya impikan.
2. Menulis
Passion menulis saya temukan ketika saya terinspirasi oleh penulis favorit saya, J.K Rowling, penulis seri Harry Potter. Tante Rowling berhasil mengubah dirinya dari orang yang makan sehari-harinya saja belum pasti menjadi orang yang mempunyai pendapatan yang lebih besar dari Ratu Inggris hanya dengan berkhayal dan menerjemahkan khayalannya ke dalam bentuk tulisan. Perjalanannya untuk menjadi penulis terkenal tentunya jauh dari mudah. Kamu bisa membaca kisah perjuangannya di wikipedia atau di buku biografinya (jika ada ).
Oke, kembali ke topik. Setelah saya membaca buku Harry Potter yang pertama, yaitu Harry Potter and The Sorcerer's Stone, saya begitu bersemangatnya untuk mulai menulis cerita saya sendiri. Saya lupa waktu itu saya berumur berapa, tapi saya ingat saya masih duduk di kelas 5 atau 6 SD. Dasar anak kecil, saya menulis cerita yang memang luar biasa khayalnya sehingga kakak dan orang tua saya sedikit tertawa ketika membacanya. Untungnya saya belum mengerti mengapa mereka menertawainya. Saya masih mengira mereka tertawa karena lelucon yang saya selipkan dalam cerita saya. Setelah menulis beberapa halaman, saya tidak bisa melanjutkan cerita saya karena saya kehabisan ide. Saya mulai berpikir cerita saya terlalu khayal dan dialognya terlalu kekanak-kanakan. Sejak itu, saya berhenti menulis cerita tersebut.
Saya tidak menulis lagi untuk beberapa lama hingga suatu saat saya mendapatkan inspirasi untuk cerita baru.
Saya mulai menulis cerita science fiction. Awalnya, ide-ide untuk cerita ini mengalir seperti air. Tapi, ketika saya sampai pada bagian cerita yang akan masuk ke dalam konflik utama, saya sadar saya telah melakukan kesalahan besar. Ternyata saya belum menentukan apa konflik cerita yang akan saya buat! Cerita saya pun macet di tengah-tengah. Saya memutuskan untuk beristirahat beberapa hari sambil memikirkan kelanjutan cerita tersebut. Kenyataannya, beberapa hari setelahnya, saya tidak memikirkan kelanjutan cerita saya dan lupalah saya dengan keinginan saya untuk membuat cerita.
Ketika saya duduk di kelas 3 SMA, saya mulai banyak membaca novel, dari teenlit sampai buku-buku bercerita berat seperti seri Laskar Pelangi atau The Kite Runner. Tumbuh kembalilah keinginan saya untuk membuat cerita. Kali ini, saya ingin membuat cerita yang lebih realistis. Saya menulis sekitar 16 halaman, kemudian saya kirimkan kepada teman saya untuk diberi komentar. Di luar dugaan, ternyata teman saya sampai menangis membaca cerita saya. Wah, saya luar biasa senang mendengar kesan dari teman saya itu. Saya semakin bersemangat untuk meneruskan cerita saya. Tetapi, kembali saya menemukan jalan buntu. Saya sudah siap dengan plot cerita dari awal hingga akhir di dalam pikiran saya. Tapi, saya kesulitan untuk menyusun adegan-adegan dalam setiap bab. Saya ingin membuat pembaca tidak bosan membaca cerita ini dan terus merasa penasaran dengan kelanjutannya. Tapi, bagaimana caranya? Hal yang sama pun terulang kembali. Saya berhenti menulis cerita tersebut. Jadi, selama kurang lebih 8 tahun, saya telah menciptakan 3 novel..........tapi tidak ada yang selesai.
Suatu hari saya melihat sebuah buku milik kakak saya, buku itu berjudul "5 Langkah Melahirkan Mahakarya", karya Muhammad Musrofi, seorang fasilitator pelatihan dan direktur Creation Institute. Membaca satu bab saja dari buku itu sudah cukup untuk memotivasi saya untuk kembali menulis. Saya sadar bahwa saya suka menulis, saya merasa tenang ketika menulis, saya suka menciptakan cerita dalam kepala saya . Saya ingin bisa menciptakan sebuah novel atau buku yang pantas berada di rak yang bertuliskan "Buku Laris". Saya tidak mau satu pun dari mimpi saya kandas. Akhirnya, untuk kesekian kalinya, saya kembali menulis.
Kali ini saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Saya merasa saya belum bisa menulis cerita yang panjang. Maka, saya akan mulai dari menulis cerita-cerita yang pendek dulu. Saat ini, saya sedang mengerjakan sebuah cerita pendek yang saya rencanakan akan saya ikutkan dalam sebuah lomba membuat cerpen. Akan menjadi sebuah prestasi besar bagi saya apabila saya berhasil memenangkan lomba yang diikuti oleh peserta-peserta dari seluruh Indonesia.
Saya berencana akan membuat cerita-cerita pendek yang dicantumkan sebuah puisi atau tulisan tentang pesan yang ingin pengarang sampaikan pada pembaca secara tidak langsung. Puisi atau tulisan tersebut akan ditulis oleh teman baik saya, namanya Vania Tertia. Ini dia penyairnya.

Jadi setelah cerita pendek saya sudah selesai, akan saya kirimkan kepada Vania. Setelah Vania membaca ceritanya, dia akan membuatkan puisi untuk dicantumkan pada akhir atau awal cerita tersebut. Saya mohon doa teman-teman semoga rencana kami berjalan dengan lancar ya :).
Oh ya, omong-omong, Vania dan Audi, dua manusia yang sangat berpengaruh bagi dua passion saya, sebenarnya pacaran lho. Semoga langgeng ya guys! :D

Baik, sekian dulu cerita tentang passions saya. Pesan saya kepada pembaca : Jangan biarkan potensi dan bakatmu terbengkalai teman-teman. Dalami bidang yang kamu sukai, jadikan itu tempat di mana kamu bisa merasa bebas untuk berekspresi. Jangan cepat merasa puas. Di atas gunung, masih ada langit. Di atas langit pun, masih ada langit yang lebih tinggi. Tak ada batas maksimal bagi bakatmu. Kamu seperti bermain video game yang akan terus bersaing score dengan seluruh orang di dunia. Keluar dari tempurungmu dan buatlah dunia mengenalmu.
See you in next post!
Comments