top of page

Perubahan Besar dalam Hidup Saya

  • Indra Ajidarma Sadewo
  • Jan 13, 2017
  • 5 min read

Maaf, teman-teman, sebelumnya saya ingin memberitahukan bahwa ini blog baru saya. Entah kenapa, saya tidak bisa mengakses blog saya yang dulu. Kini, saya sudah membuat blog baru dengan desain dan konten yang sama dengan blog sebelumnya. Terima kasih.


Kamu pasti pernah mendengar pepatah "Selalu ada hikmah dibalik setiap musibah" atau "Bad things happen for a right reason". Klise? Ya, sangat klise. Kamu bisa mendengarnya di mana saja. Setiap kamu mendapat musibah atau masalah, pasti ada setidaknya satu orang yang mengutip pepatah-pepatah tersebut. Ada juga yang sering mengatakan, "Masih banyak ikan di laut,".....yaah, itu sudah lain cerita. Meskipun klise, pepatah-pepatah tersebut telah membantu saya untuk mengubah hidup saya. Bagaimana ceritanya? Yuk disimak!


Saya berkuliah di sebuah jurusan teknik yang bisa dikatakan cukup sulit. Setelah saya berkuliah selama sekitar 2 tahun, saya tidak menghasilkan prestasi yang baik. Nilai-nilai saya kurang bagus, tidak sedikit juga mata kuliah yang harus diulang. Masalah yang saya hadapi di sana bukan hanya nilai, masih banyak masalah-masalah lain yang membebani pikiran saya. Saya bukanlah orang yang bisa bercerita pada semua orang. Saya hanya bisa bercerita dan merasa lega pada orang-orang tertentu seperti sahabat-sahabat saya. Seperti yang sudah pernah saya tulis di post saya yang berjudul "Siapa Saya?", saya bukanlah orang yang pintar bergaul. Mungkin teman saya banyak, tapi tidak banyak yang benar-benar dekat dengan saya.Oleh karena itu, saya pun mengalami kesulitan untuk berbagi cerita dengan teman-teman saya. Maka, menumpuklah semua kesedihan dan kekesalan dalam hati saya.


Kepala saya penat, hati saya terasa suram, bangun dari tidur saja rasanya berat. Suatu hari, teman saya yang memang sangat simpatik terhadap orang lain mengatakan kepada saya, "Ndra, lo kok sekarang gak seceria dulu sih? Lo kayak bukan Indra yang dulu gua kenal." Mendengar pertanyaan itu, saya pun jadi berpikir, suasana hati saya yang selalu dirundung kesedihan dan kesuraman sudah mulai merambat dan terlihat di raut wajah saya. Sesampai di kost, saya bercermin. Ternyata memang benar kata teman saya, wajah saya terlihat sangat menyedihkan. Mata saya sayu, terlihat warna hitam pada kantong mata saya, mulut saya terlihat seperti orang yang sedang kesal, wajah saya seperti tidak hidup. Saya pun mencoba tersenyum. Benar, senyum saya tidak lagi seperti dulu.


Tidak lama, tibalah libur semester selama sebulan. Saya kembali ke rumah saya di Jakarta. Suasana hati saya sangat terhibur ketika bertemu dengan keluarga. Sungguh nyaman ketika kepulangan disambut oleh pelukan dari Ibu dan cium di kepala oleh Ayah. Tapi, di rumahpun, suasana hati saya lambat laun kembali suram karena masalah masih tetap menghantui saya. Saya mencoba mengisi waktu dengan menulis cerpen dan blog. Tetapi, apapun yang saya lakukan tidak dapat benar-benar membuat saya melupakan kesedihan yang saya pikul.


Suatu hari, Ibu saya menawarkan untuk ikut mengantar nenek saya berobat ke Singapore. Ah, secercah keceriaan timbul di hati saya. Singapore adalah salah satu negara yang sangat saya sukai dan kagumi. Saya sangat mengagumi kedisiplinan dan kerapihan tata letak kota di Singapore. Meskipun banyak orang yang lalu lalang di jalan, lingkungan sekitar sangat bersih. Sangat sedikit orang yang membuang sampah sembarangan di jalan. Membuang sampah sembarangan seperti hal yang tabu di sana.


Saya berpikir bahwa liburan ke Singapore adalah kesempatan saya untuk melepas penat dan mencari pengalaman. Saya tidak boleh terus berada di lingkaran setan. Saya harus keluar, saya harus memimpin diri saya sendiri untuk bangkit dari keterpurukan.


Saya pernah melihat di Facebook, kakak saya menulis status :

Just quoted what my friend said today :


"Travel and see the world while we're still young. We can always seek for money all the time, but we only went through youth once in a lifetime."

Benar......benar sekali. Saya tercengang dengan kata-kata "Travel and see the world while we're still young". Masa muda tidak akan pernah datang dua kali. Selagi kita masih muda dan bugar, jelajahilah dunia! Hari itu, saya telah menetapkan cita-cita saya. Di saat orang lain bercita-cita untuk menjadi pilot, menjadi pengusaha, dokter, guru, dosen, dan lain-lain, saya bercita-cita untuk MELIHAT DUNIA! Saya ingin menemukan tempat-tempat baru, mengenal budaya-budaya baru, bertemu macam-macam orang di dunia.


Inilah kesempatan saya untuk mengecap manisnya pengalaman. Saya cari di internet tempat-tempat wisata di Singapore yang bisa saya kunjungi. Begitu banyak pilihan sampai membuat saya bingung. Karena saya membutuhkan ketenangan, saya putuskan untuk mengunjungi Singapore Botanical Garden.


Hari yang ditunggu telah tiba, hari ini saya berangkat ke Singapore. Petualangan menunggu saya di sana. Saya pergi bersama kakek, nenek, ibu, dan tante saya. Sesampainya kami di Singapore, kami menginap di Royal Plaza Hotel di Scott's Road. Keesokan harinya, selepas sarapan, kami berangkat ke Gleneagles Hospital. Ibu dan tante saya mengurus pengobatan nenek saya, dan saya pamit untuk pergi ke Singapore Botanical Garden. Saya berjalan keluar rumah sakit, peta sudah saya kantongi, tas sudah di punggung, petualangan dimulai!


Saya pergi ke Singapore Botanical Garden dengan berjalan kaki karena kebetulan dekat dengan Gleneagles Hospital. Saya mengelilingi Botanical Garden sambil menikmati keindahan bunga-bunga dan taman yang tertata rapi. Berikut beberapa foto-foto saya di sana.


Saya menjelajahi tempat ini dari pagi sampai siang menjelang sore. Setelah beristirahat sebentar, saya keluar dari Botanical Garden. Sudah menjadi kebiasaan saya apabila pergi berlibur selalu membelikan oleh-oleh sekedar pernak-pernik atau peralatan sehari-hari yang berbentuk unik. Saya tahu ada sebuah gift shop yang memang barang-barangnya bagus di Orchard Road. Saya penasaran dengan prosedur menggunakan kendaraan umum di Singapore. Saya pun mencoba naik bus umum ke Orchard Road. Walaupun pada akhirnya, prosedur saya agak salah sedikit tapi saya jadi tahu bagaimana sistem naik bus di Singapore.


Sesampainya saya di Orchard Road, saya berjalan-jalan di sekitar sana untuk membeli oleh-oleh. Tidak lupa pula saya membeli jajanan kesukaan saya yang biasa saya sebut sebagai "es potong". Di sana, saya benar-benar mencoba apapun yang saya lihat. Ada jajanan yang aneh sedikit bisa langsung saya lahap. Saya mencoba berbagai rute underpass untuk menyeberang ke jalan-jalan lain. Saya sudah seperti tikus tanah yang keluar masuk lubang. Sebenarnya, saya ingin mencoba pergi-pergi ke tempat lain di Singapore dengan MRT, tetapi hari sudah hampir malam, jadi saya putuskan untuk kembali ke hotel.


Keesokan harinya, sekitar jam 5 sore, saya dan Ibu saya pergi ke Esplanade. Tempat ini memang tempat wisata yang paling terkenal dan sudah sangat, istilahnya, "mainstream". Tapi, siapa peduli dengan perkataan mainstream itu? Saya belum pernah ke sana dan ke sanalah saya akan pergi. Kalau kata salah satu lagu Bon Jovi yang berjudul "Have a Nice Day", "Why you wanna tell me how to live my life? Who are you to tell me if it's black or white?" Jalanilah hidupmu dengan caramu sendiri :D.


Di sana, saya dan Ibu saya menaiki sebuah perahu yang merupakan transportasi untuk pergi ke sisi lain Danau Esplanade. Tapi, kami hanya menggunakannya untuk berkeliling mengitari Danau Esplanade. Selesai berkeliling, kami makan malam di sebuah restoran di tepi danau. Barulah keesokan harinya kami pulang kembali ke Indonesia.


Sebuah perjalanan yang singkat namun menyenangkan. Sebelum ini, saya pernah beberapa kali ke Singapore, tapi tidak pernah saya sesenang kali ini. Meskipun saya hanya menjelajah sendirian, saya tidak kesepian karena terlalu banyak hal-hal baru yang bisa mengalihkan perhatian saya. Wahai kawan, menjadi seorang introvert bukanlah hal yang buruk. Kami, para introvert, adalah seorang penyendiri yang independen. Bersama teman-teman akan lebih menyenangkan, tapi sendirian pun bukan masalah bagi kami.

Sensasi berada di negeri orang dan sensasi menjelajahi tempat-tempat baru tidak akan terlupakan dari benak saya. Perjalanan ini telah menguatkan tekad saya untuk mewujudkan cita-cita saya. Saya akan pergi melihat dunia.


Menarik bukan? Kejadian buruk bahwa saya dirundung masalah dan mengalami stress telah mendorong saya untuk menjelajahi dunia dan akhirnya menciptakan cita-cita dan tujuan hidup saya yang baru. Oleh karena itu, janganlah kamu mengeluh jika mendapat masalah. Tuhan akan selalu menyisipkan sebuah hikmah dibalik cobaan yang diberikan-Nya kepadamu. Pecahkanlah masalahmu dan ambil hikmah dibaliknya kawan!


Saya masih memiliki sebuah cerita yang menyangkut hikmah dibalik musibah. Tapi, akan saya ceritakan di post selanjutnya. See you in next post!



 
 
 

Comments


RECENT POSTS:
  • b-facebook
  • Twitter Round
  • Instagram Black Round
bottom of page