Spesies Manusia yang Lain
- Indra Ajidarma Sadewo
- Jan 12, 2017
- 16 min read
"Siapa kamu?" Pertanyaan yang sederhana bukan? Apabila pertanyaan tersebut diajukan padamu, apa jawabanmu? Apakah kamu akan menjawab dengan namamu? Umurmu? Tempat tinggalmu?
Sekarang apabila pertanyaan tersebut saya ganti menjadi "Siapakah dirimu?", apa jawabanmu? Apakah kamu menemukan perbedaan dari kedua pertanyaan tersebut? Coba kamu renungkan, Kawan.
Sekilas, kedua pertanyaan tersebut terdengar sama. Tapi, sebenernya, terdapat perbedaan besar di antara kedua pertanyaan tersebut. Pertanyaan pertama, "Siapa kamu?", mengarah kepada identitasmu, seperti namamu, umurmu, tanggal lahirmu, riwayat pendidikanmu, dan lain-lain. Pertanyaan itu dapat kamu jawab dengan mudah karena sudah ada jawaban jelas, bahkan, tertulis di berbagai dokumen kependudukanmu.
Nah, pertanyaan kedualah yang menarik, "Siapakah dirimu?" Pertanyaan ini tidak menanyakan namamu, tanggal lahirmu, ataupun nomor teleponmu. Mari saya perjelas apa yang saya maksud. Pernahkah kamu ditanyakan pertanyaan, "Apa kekuranganmu?" dan "Apa kelebihanmu?". Anehnya, banyak orang yang bingung harus menjawab apa ketika ditanyakan pertanyaan tersebut. Mereka biasanya menjawab dengan "Apa ya?" atau "Aduh, nggak tau". Kenapa? Kamu sudah hidup selama belasan, bahkan, puluhan tahun. Tapi kamu mengatakan bahwa kamu, bahkan, tidak tahu apa kekurangan dan kelebihanmu.
Sesulit itukah mengenal dirimu sendiri? Kenyataannya: Ya, mengenal diri kita sendiri adalah hal yang sangat amat sulit. Hal yang lebih sulit lagi adalah menerima diri kita sendiri apa adanya. Coba saya cerita sedikit mengenai bagaimana saya mengenal diri sendiri.
Cerita berawal ketika saya masih duduk di kelas 1 SD. Ketika di kelas, saya terlihat seperti anak-anak lain pada umumnya. Belajar dan duduk diam di kursi masing-masing. Ketika bel istirahat berunyi, semua anak-anak berhamburan keluar sambil bersorak gembira. Mereka menggandeng tangan temannya. Ada yang merangkul pundak temannya dan menariknya keluar sambil memeluk bola sepak di tangan satunya. Semua anak bercanda ria dan bersiap-siap untuk bermain.
Lapangan sepak bola dipenuhi anak-anak yang bermain dan berlarian. Kantin dipenuhi anak-anak yang membeli makanan dan mengobrol. Semua bermain dengan riang. Tapi, ada pemandangan aneh, tampak seorang anak duduk sendirian di pinggir lapangan sambil memeluk tiang penyangga atap berwarna hitam yang menjulang tinggi. Nah, itulah saya.
Saya masih ingat perasaan sepi yang menyeruak dalam hati saya ketika itu. Setiap kali bel istirahat berbunyi, saya hanya duduk di pinggir lapangan menonton teman-teman lain bermain bola sambil merangkul tiang penyangga atap, berharap memiliki teman yang bisa saya rangkul. Sejak kecil, saya memiliki kesulitan untuk bergaul atau sekedar bermain dengan teman seumur. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan itu karena semua teman-teman seumuran saya memiliki teman masing-masing. Selama kelas 1 hingga 2 SD, saya tidak memiliki satupun teman.
Saya lambat dalam beradaptasi ke lingkungan baru. ketika saya masih duduk di Taman Kanak-kanak (TK), saya ingat saya mempunyai beberapa teman. Tapi, ketika saya masuk ke SD, semua adalah lingkungan baru bagi saya. Semua terasa asing dan saya tidak nyaman dengan itu semua. Secara tidak sadar, saya telah menutup diri. Saya tidak akan bicara jika tidak diajak berbicara. Sayangnya, hampir semua teman-teman saya pun tampaknya tidak tertarik dengan keberadaan saya. Begitulah, selama kelas 1 dan 2 SD, bisa dikatakan, teman saya adalah tiang penyangga atap.
Ibu saya mengetahui hal ini, entah karena beliau sering menyaksikan saya sendirian atau mendapat laporan dari guru saya. Ibu saya pun mulai cemas dengan keadaan saya yang tidak memiliki teman selama dua tahun bersekolah di SD. Sayapun sadar ini tidak boleh berlangsung terus. Terus terang saja, saya juga merasa kesepian selama ini. Maka, ketika saya naik ke kelas 3, saya berusaha untuk berteman.
Awalnya sulit, sulit sekali bagi saya untuk mencoba banyak bicara dan berinteraksi dengan banyak orang. Entah kenapa, banyak berbicara dan berada di suasana yang riuh membuat saya lelah. Bukan lelah secara fisik, bukan lelah secara batin, saya juga tidak dapat menjelaskan "lelah" yang saya maksud dengan tepat. Kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan lelah tersebut adalah "penat". Tapi, seiring berjalannya waktu, saya mengalami kemajuan.
Kelas 3 SD saya mempunyai 3 teman dekat. Saat saya duduk di kelas 4, saya mulai mengenal banyak teman dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Hingga akhirnya saya dipercaya untuk menjadi ketua kelas ketika saya mencapai kelas 6. Tapi, tetap saja, dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain saya hanya mengenal sedikit orang. Saya tetap tidak banyak bicara. Saya hanya bisa menjadi orang yang cerewet ketika mengobrol dengan teman dekat saya. Bahkan, saya sering diolok-olok dan diejek oleh teman seangkatan yang lain. Semarah dan setegas apapun saya mencoba, saya tetap ditertawakan. Kamu bisa menganggapnya penindasan secara mental (tanpa kekerasan fisik).
Waktu terus berjalan. Semakin lama, saya semakin dewasa. Saya mulai mengalami banyak kemajuan seiring pertumbuhan saya. Saya mulai dapat bergaul dengan banyak orang. Tetapi, setelah bertahun-tahun, saya tetap tak bisa merubah beberapa hal dalam diri saya. Saya tetap tidak bisa secara spontan bebricara atau membuka topik pembicaraan. Lingkungan yang terlalu ramai atau berisik tetap mengganggu saya dan membuat saya lelah. Terkadang, saya perlu waktu sendiri untuk menenangkan diri dan beristirahat sejenak dari semua keramaian tersebut.
Saya bingung dengan keadaan diri saya yang berbeda dengan kebanyakan orang lain. Saya terus bertanya tanpa mendapatkan jawaban. Sayapun terdorong untuk mencari tahu lewat internet, buku, maupun orang lain. Setelah melakukan beberapa eksperimen dan penelitian terhadap diri saya sendiri, saya akhirnya mendapatkan jawaban. Saya adalah seorang introver.
Oke, sebelum kamu melanjutkan membaca, saya peringatkan kamu bahwa pos ini akan panjang. Jadi saya sarankan kamu untuk mencari posisi duduk yang enak atau membaca pos ini sebagian-sebagian agar tidak bosan. Selamat membaca :).
Mari saya jelaskan mengenai introver. Pada umumnya, tempramen manusia terbagi menjadi 2, ekstrover dan introver. Teori tentang keberadaan kaum introver dan ekstrover sudah diakui oleh psikolog di seluruh dunia dan telah terbukti secara ilmiah. Orang-orang bertempramen ekstrovert dikenal sebagai orang-orang yang sangat senang berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka menyerap energi dari bergaul dengan orang lain. Sendirian adalah hal yang menguras energi seorang ekstrover. Mereka cenderung mengungkapkan segala sesuatu, baik itu perasaan, pemikiran, pengetahuan, ataupun emosi, kepada banyak orang dengan mudah.
Kaum introver adalah kebalikan dari ekstrover. Introver adalah mereka yang mendapatkan energinya dari ketenangan atau kesendirian. Berada di suasana yang riuh atau berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang lama adalah hal yang menguras energi seorang introver. Tapi, jangan salah, para introverpun membutuhkan pergaulan dan teman berbicara. Para introver cenderung lebih suka berpikir daripada berbicara. Sungguh sulit bagi mereka untuk memulai percakapan atau mempertahankan topik tertentu sehingga imereka sering disalahpahami sebagai orang yang canggung dan membosankan.
Apabila diibaratkan sebagai pengisian baterai telepon genggam, ekstrover adalah cara pengisian baterai dengan menggunakan power bank. Power bank dapat terus mengisi baterai telepon genggam sambil dibawa ke mana-mana. Begitulah ekstrover, mereka mengisi energi mereka dengan beraktivitas dan berinteraksi. Sedangkan introver dapat diibarakan dengan pengisian baterai menggunakan stop kontak. Telepon genggam tersebut harus dicolokkan ke sebuah stop kontak yang tempatnya sudah pasti dan tidak dapat dipindah. Begitulah introver, mereka membutuhkan waktu sendiri seperti membaca, menonton, atau melakukan hobi-hobi lain tanpa melibatkan orang lain.
Pada kenyataannya, menurut statistik, terbukti bahwa populasi ekstrover jauh lebih banyak dari introver. Menurut hukum kenormalan, apa yang lebih banyak adalah apa yang dianggap normal. Ini sangatlah wajar. Apabila seluruh orang di dunia hanya memiliki satu tangan, maka orang yang memiliki dua tangan adalah orang yang tidak normal. Apabila semua orang di dunia memiliki 6 jari pada satu tangan, maka orang yang memiliki 5 jari akan dianggap tidak normal.
Hal ini, seringkali, mebebani para introver karena mereka tertekan oleh budaya dunia yang menjunjung tinggi para ekstrover. Mayoritas manusia akan mengagumi orang-orang yang pintar berbicara dan pintar bergaul, seperti orator unggul atau pebisnis yang memiliki banyak rekan kerja atau koneksi.
Nah, sebelum kamu melanjutkan membaca, saya harap kamu bisa membuka pikiranmu selebar mungkin. Singkirkan segala pikiran yang dapat menyanggah segala fakta mengenai introver seperti "Ah, introver itu bisa diubah" atau "Ah, introver atau ekstrover itu tidak ada" atau "Ah, jangan terlalu terpaku pada teori". Cobalah, Kawan, untuk membaca pos saya ini sampai habis sebelum kamu berspekulasi dengan informasi yang kamu terima. Semua yang saya tuliskan adalah berdasarkan buku referensi berjudul The Introvert Advantage oleh Marti Olsen Laney Psy.D. dan beberapa referensi lain serta pengalaman pribadi saya sebagai seorang introver. Saya ingin mengajak kamu untuk memahami para introver dan menghargai keberadaannya. Lihatlah dunia dari kacamata para introvert, spesies manusia yang lain.
Baiklah, topik pertama adalah kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi oleh para introver. berikut penjabarannya:
1. Komunikasi
Ya, salah satu kesulitan yang paling sering ditemui oleh seorang introver adalah kesulitan berkomunikasi. Seperti yang telah saya bahas tadi, berinteraksi dengan orang lain, apalagi dengan banyak orang, adalah sesuatu yang menguras energi para introver. Energi mereka lebih mudah terkuras dibandingkan dengan para ekstrover. Apabila mereka sudah kehabisan energi, maka mereka lebih banyak diam atau tidak dapat berbicara dengan jelas. Faktanya, kaum introver memiliki jalur berpikir dan penyaluran informasi dalam otaknya yang lebih jauh dari kaum ekstrover. Lihatlah gamabr di bawah ini.

Sumber: http://tinyurl.com/nkqm8kv
Sebenarnya ada penjelasan dari jalur-jalur di atas beserta bagian-bagian otak dan fungsinya masing-masing. Namun, mungkin akan terlalu rumit bagi kamu yang tidak mendalami ilmu biologi tentang otak. Maka, saya tidak akan membahasnya di sini. Pada intinya, kamu bisa lihat bahwa jalur informasi dalam otak para introver (kiri) melewati 7 tahap. Sedangkan, jalur yang dibutuhkan para ekstrover untuk memproses informasi yang masuk ke otak (kanan) hanya butuh 5 tahap. Itulah sebabnya kaum introver seringkali berbicara, berpikir, dan mengerjakan sesuatu (umumnya) lebih lambat dari kaum ekstrover. Tapi ketahuilah Kawan, otak para introver sangatlah aktif. Lalu lintas dalam otak mereka sangat ramai dan seringkali tercampur aduk. Karena jalur yang panjang dan lalu lintas ramai tersebutlah, seringkali, para introver berhenti hingga cukup lama di tengah-tengah pembicaraan hanya untuk mencari dan mengucapkan suatu kata yang mungkin sebenarnya sederhana. Tetapi, saya ingatkan, kesulitan kaum introver untuk berkomunikasi bukan berarti mereka tidak bisa berbicara atau berpidato dengan baik. Kemampuan tersebut hanya perlu dilatih secara bertahap dan bisa diakali seperti, misalnya, berbicara boleh lambat tapi terdengar tegas dan lancar daripada berbicara dengan cepat tapi tergagap-gagap.
Kesulitan lain bagi kaum introver dalam hal komunikasi adalah mereka seringkali sulit meneruskan pembicaraan atau mempertahankan topik. Meskipun mereka berusaha mati-matian untuk mencairkan suasana dan mengobrol dengan orang lain, seringkali, hal itu tidak berjalan dengan baik dan, akhirnya, pembicaraan berakhir dengan canggung. Bisa dikatakan, kebanyakan introver, mungkin, kurang pandai dalam berbasa-basi. Mereka cenderung bicara langsung pada intinya dan suka membahas topik yang dalam.Tapi, bukan berarti mereka tidak bisa bercanda tentang segala hal dan membicarakan topik-topik yang ringan. Justru para introver lebih pandai memilah kapan harus serius dan kapan harus bercanda. Hal itu harus sering dilatih, Kawan. Jika ibarat karet gelang, karet tersebut harus sering digunakan agar lebih fleksibel dan bisa memanjang lebih jauh.
2. Tidak Tahu Kapan Harus Mengisi Energi
Berinteraksi dengan banyak orang dan berada di suasana yang riuh akan menguras energi Para Introver. Mereka mengisi energi mereka dengan ketenangan atau melakukan hal-hal yang disukainya seperti membaca, menonton film, bermain game, atau aktivitas lainnya, tanpa melibatkan orang lain. Apa sih yang terjadi jika energi mereka habis? Jika energi mereka habis, mereka akan menjadi lesu dan merasa "penat" (seperti apa yang saya sebutkan pada cerita awal). Mereka jadi sulit untuk berinteraksi ataupun berpikir. Beberapa mungkin menjadi uring-uringan, suasana hatinya menjadi buruk, ketus terhadap orang lain, dan lebih banyak diam. Jika hal itu terjadi, tentunya, akan memberikan dampak buruk terhadap hubungan sosialmu dengan orang lain. Banyak kaum introver yang tidak sadar atau tidak mengenal tanda-tanda kalau dirinya sudah kehabis energi sehingga mereka tidak dapat mengerjakan pekerjaan mereka secara maksimal. Jika hal ini terus berlangsung mereka bisa kelelahan setiap harinya. Kelelahan dapat berubah menjadi stress dan stress dapat berubah menjadi depresi. Oleh karena itu, saya sarankan kepada kamu, para introver, untuk mengenal tanda-tanda bahwa energimu sudah habis dan segera luangkan waktu untuk mengisi ulang energimu.

Sumber : http://tinyurl.com/jzuzcd9
3. Berjuang untuk Menjadi Ekstrover
Seperti yang sudah saya bahas tadi, populasi kaum ekstrover yang lebih banyak dari kaum introver menciptakan budaya yang menjunjung tinggi karakter ekstrover. Marti Olsen menyebutkan dalam bukunya The Introvert Advantage, "Our culture values and rewards the qualities of extroverts. America was built on rugged individualism and the importance of citizens speaking their minds. We value action, speed, competition, and drive. It's no wonder people are on the defensive about introversion." Negara kita memang bukan Amerika, tapi saya dapat melihat budaya Indonesia pun tidak jauh dari hal yang disebutkan oleh Marti Olsen di atas. Dari hal komunikasi saja. Komunikasi dan mengekspresikan diri lewat lisan adalah keahlian seorang ekstrover. Sedangkan, bahasa tulisan atau ekspresi non-verbal lainnya lebih sering digunakan oleh para introver untuk mengekspresikan dirinya. Orang Indonesia lebih banyak mengagumi orang-orang yang pintar berbahasa lisan, seperti komedian, penyanyi, orator, aktor, pembicara publik, dan lain-lain. Sekarang, coba kamu sebutkan 10 saja nama penulis, penyair, penari, fotografer, koki, atau pelukis Indonesia yang telah melahirkan karya yang luar biasa. Bagaimana? Sulit? Itulah yang saya maksud, Kawan.
Hal ini, secara tidak langsung, telah mendorong para inrover untuk mengubah dirinya menjadi seorang ekstrover agar dapat diakui oleh orang lain. Tapi sayang sekali, ada beberapa hal dalam diri kita yang tidak dapat diubah, salah satunya adalah temperamen. Introversi dan ekstroversi adalah temperamen. Kita terlahir dengan temperamen kita masing-masing. Kamu akan terlahir sebagai introver atau ekstrover. Walaupun ada yang memiliki temperamen yang berada di antara introver dna ekstrover, pasti akan cenderung ke salah satunya. Kamu tidak dapat mengubah temperamenmu. Seberapapun kerasnya kamu berusaha, temperamenmu tidak akan pernah berubah, kecuali Tuhan menghendaki. Sama seperti kamu terlahir sebagai laki-laki atau permepuan. Yang dapat kamu lakukan adalah terima dirimu sendiri dan hiduplah berdampingan dengan temperamenmu.

Sumber: http://tinyurl.com/j29nxr7
Oke, bagi kamu yang kurang puas dengan penjelasan saya, mari kita bahas lebih dalam lagi. Pertama, kamu harus tahu bahwa tidak ada kata baik atau buruk untuk introver atupun ekstrover. Kedua temperamen memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang kurang baik adalah menjadi orang yang terlalu ekstrover atau terlalu intorver. Kamu tidak boleh terlalu menutup diri ataupun terlalu terbuka. Itulah mengapa ekstrover dan introver harus saling melengkapi. Para ekstrover membutuhkan rem dari pada introver dan para introver membutuhkan dorongan dari para ekstrover.
Sebagai seorang introver, kamu dapat melatih diri kamu untuk berkomunikasi dengan baik dan lancar, lebih membuka diri pada lingkungan sekitar, dan bergaul dengan lebih banyak orang. Tahukah kamu bahwa kamu, bahkan, bisa memperbesar tanki energimu? Saya adalah seorang intorver, bahkan sangat introver. Saya pernah menjalani tes untuk menentukan temperamen. dari skor 26, saya mendapat skor 24 yang menunjukkan kecenderungan saya yang 90% menuju introver. Kamu bisa melihat hal itu dari kesulitan saya untuk bergaul ketika saya masih kecil. Untungnya, saya sadar akan hal itu dan berusaha dan terus berusaha untuk memperbaiki diri saya.
Pada awalnya, memang sulit. Oh, ketahuilah Kawan, bukan hanya sulit, tapi bukan main sulitnya. Mungkin terdengar aneh bagimu, tapi seperti itulah yang saya rasakan. Telah bertahun-tahun lewat sejak saya kecil hingga kini, saya masih terus berusaha untuk memperbaiki diri saya dalam hal komunikasi dan pergaulan. Tapi, saya sadar saya sudah mengalami banyak kemajuan, tangki energi saya sudah semakin membesar. Kini saya bisa terus berinteraksi dengan banyak orang dari pagi hingga menjelang malam tanpa kehabisan energi. Bahkan, saya dapat mengikuti banyak kegiatan di luar kuliah seperti berbagai organisasi dan komunitas. Tapi kegiatan-kegiatan tersebut lambat laun akan terus menguras energi saya tanpa saya sadari. Oleh karena itu, saya biasanya akan menghabiskan satu hari penuh atau dari pagi hingga menjelang malam pada akhir minggu untuk beristirahat tanpa banyak berinteraksi dengan orang lain. Saya bisa menghabiskan waktu dengan membaca, menonton film, bermain game, olahraga ringan, dan kegiatan lainnya. Mungkin terdengar aneh, tapi begitulah saya dan itulah kebutuhan saya. Saya harus menerima dan menjalaninya. Tapi, berinteraksi dengan beberapa teman dekat atau mungkin hanya berdua dengan seorang sahabat justru akan mengisi energi saya karena saya merasa nyaman. Bagi saya, pengisian energi tidak harus selalu sendirian.
Begitulah, Kawan, apabila kamu mau berusaha keras untuk memperbesar tangki energimu, kamu pasti bisa. Dirimu sendirilah yang akan memilih dan mengatur pengisian energi yang paling cocok. Sekali lagi, kenalilah dirimu.
4. Tenggelam dalam Dunianya Sendiri
Yah, inilah kesalahan yang paling sering dilakukan oleh kaum introver. Alamiahnya, jalan pikiran para introver akan lebih cenderung dari luar ke dalam. Mereka lebih sering berpikir, lebih senang mendengar, dan lebih suka berfantasi. Seperti yang sudah saya bahas, otak kaum introver adalah otak yang memiliki lalu lintas paling ramai. Mereka senang bermain dengan pikirannya sendiri. Ditambah dengan kemampuan bergaulnya yang relatif kurang baik, para intorver lebih senang menyendiri. Oleh sebab itu, para intorver seringkali malas keluar dari zona nyamannya dan terlalu larut dalam dunianya sendiri. hal ini akan membuat introver tidak banyak berinteraksi dengan orang lain dan dianggap sebagai anti-sosial.

Sumber: http://tinyurl.com/hj3lrp7
Para introver yang terlalu larut dalam dunianya sendiri akan menstandarkan segala hal berdasarkan dirinya sendiri sehingga seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan dunia luar. Contohnya, para introver yang terlalularut dalam dunianya sendiri seringkali menyakiti perasaan orang lain ketika bebricara. Mengapa? Kurangnya interaksi membuat mereka tidak memerhatikan kata-kata, norma, serta etika ketika berbicara dengan orang lain sehingga mereka sering mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan lawan bicaranya. Hal ini akan berdampak pada hubungan sosialnya seperti sedikitnya teman, sulit berpartisipasi dalam organisasi, dan lain-lain.
5. Disalahpahami
Kendala terakhir ini merupakan dampak dari semua kendala yang telah saya paparkan di atas. Kaum introver akan akrab dengan kata-kata "salah paham". Wajar saja, mereka berada di dunia yang dipenuhi kaum ekstrover, dunia yang memuji kecakapan para ekstrover. Mari saya bahas satu per satu kesalahpahaman mayoritas orang-orang terhadap kaum introver.

Sumber: http://tinyurl.com/hz9fk7y
- Para introver adalah anti-sosial dan pendiam
Kesalahpahaman ini adalah dampak dari terlalu terlarutnya kaum introver dalam dunianya sendiri dan kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi. Memang, berinteraksi adalah hal yang melelahkan bagi para introver.Tapi, bukan berarti mereka tidak menyukai interaksi. Sepengalaman saya sebagai seorang introver, mereka bukan tidak suka berbicara, mereka hanya terkadang sulit mengejar topik pembicaraan yang silih berganti dengan cepat. Untuk setiap kalimat yang akan mereka ucapkan akan mereka susun dengan baik dan dipikirkan dengan cermat, sedangkan para ekstrover cenderung spontan dalam berbicara. Hal inilah yang menyebabkan para introver lebih memilih diam atau sering menarik kembali topik pembicaraan yang sudah lewat.
- Para introver membosankan
Umumnya, introver lebih suka topik yang mendalam seperti kehidupan, kebahagiaan, akhirat, masalah sosial dan lain-lain. Mereka terkadang sulit untuk masuk ke pembicaraan dengan topik yang ringan-ringan saja. Para introver jauh lebih sering berpikir dan introspeksi diri daripada kaum ekstrover. Mereka senang membaca dan mencari hal-hal baru. Mereka haus akan ilmu pengetahuan. Inilah yang menyebabkan mereka cenderung memiliki wawasan yang cukup luas dan menyukai topik yang cukup mendalam. Kejadian yang sering terjadi adalah ketika seorang introver masuk dalam pembicaraan yang ringan, mereka tetap mempertahankan topik pembicaraan mendalamnya sehingga mereka sering disalahpahami sebagai orang yang kaku dan membosankan. Selain itu, para introver yang tidak berhasil mengembangkan kemampuan berkomunikasinya, akan merasa terintimidasi dengan lingkungan sekitar dan memilih untuk diam.
- Para introver adalah orang-orang aneh
Kalimat sejenis di atas pernah saya dengar dari seorang teman saya. Ketika itu, ada seorang teman saya yang tingkah lakunya aneh karena senang menyendiri dan terkadang berbicara dengan topik yang terlalu berat. Tetapi, setelah saya coba mengenal dia lebih dalam, ternyata dia adalah orang dengan pengetahuan yang luas dan cukup fleksibel. Memang, cara bicara dan pembawaannya terasa begitu berat dan cenderung kaku. Tapi, setelah saya mencoba membuka pikiran dan menyingkirkan segala pikiran negatif terhadapnya, ternyata saya dapat menemukan sisi lain dari dirinya. Nah, dari cerita ini, dapat kamu petik hikmahnya bahwa jangan pernah melihat seseorang hanya sebelah mata.Para introver sering dianggap aneh karena sering menyendiri di tempat sepi atau berjalan-jalan, entah itu di mall, cafe, tempat belanja, atau bahkan menonton di bioskop, sendirian. Padahal, bukan maksud mereka tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, mereka hanya sedang mengisi energi mereka yang memang sudah begitu caranya.
- Para introvert tidak punya teman
Ini adalah prasangka paling konyol yang pernah saya tahu. Ketahuilah, Kawan, introver memang tidak nyaman berinteraksi dengan banyak orang dalam satu waktu. Mereka bisa saja memiliki banyak teman jika mereka mau. Tapi, faktanya, seorang introver akan lebih nyaman dengan memiliki 3-5 teman dekat saja dalam satu waktu. Bahkan, 1 orang sahabat saja sudah cukup baginya. Mereka menyadari ini dan mereka akan sangat amat menghartakan sahabat-sahabatnya. Itulah mengapa, umumnya, seorang introver adalah teman yang setia. Meskipun begitu, ada saat-saat tertentu di mana para introver suka berada di dalam kelompok dengan banyak orang. Namun, biasanya mereka sudah merasa cukup dengan mendengarkan pembicaraan dan ikut berbicara sesekali. Mereka akan merasa nyaman dan baik-baik saja selama mereka merasa diterima.
- Para introver tidak bisa menjaid pemimpin atau orang besar
Kesalahpahaman ini sering dilakukan oleh orang lain terhadap kamu introver. Tetapi, ternyata, kesalahpahaman ini lebih sering dilakukan oleh para introver terhadap dirinya sendiri. Seperti yang saya bahas di atas, kebanyakan introver sering mencela karakternya sendiri. Hal itu akan menurunkan kepercayaan dirinya secara drastis. Jika kepercayaan diri sudah turun maka pandangan orang lain pun akan menurun terhadap mereka. Sekali lagi, yang harus kamu latih adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Apabila kamu bisa berhubungan dengan orang lain, maka kamu akan semakin dekat dengan mimpimu. Bill Gates, Steve Jobs, Albert einstein, Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, dan J.K Rowling adalah seorang introver. Sulit? Ya, memang sulit. Saya tahu itu sulit. Tapi, jika Abraham Lincoln bisa mengalahkan kegagapannya, Mengapa kamu tidak? Jika Mahatma Gandhi bisa menjadi pahlawan negara, mengapa kamu tidak? Jika Albert Einstein bisa menjadi bagian dari sejarah, mengapa kamu tidak? Jika J.K rowling bisa menciptakan karya yang luar biasa, mengapa kamu tidak? Jika Bill Gates dan Steve Jobs bisa membangun dan memimpin perusahaan besar dunia, mengapa kamu tidak?
Oke, jika kamu protes karena daritadi saya hanya membahas kekurangan dan kesulitan yang dihadapi para introver, sekarang saya akan menjabarkan kelebihan menjadi seorang introver. Berikut penjabarannya:
1. Memiliki rasa empati yang tinggi
Sebelum kamu bertanya, saya akan jelaskan apa itu empati. Empati adalah rasa di mana kamu menempatkan dirimu di posisi orang lain, melihat dari kacamatanya, dan berjalan di sepatunya. Tapi jangan salah tangkap, itu semua adalah kiasan, bukan berarti kamu bisa merasa empati dengan meminjam kacamata atau sepatu seseorang dan memakainya. Singkatnya, dengan berempati, kamu akan berusaha merasakan yang orang lain rasakan tanpa membandingkan masalahnya dengan masalahmu. Dengan berempati, kamu bukan menarik orang lain dari masalah tapi berjalan bersamanya dalam mengatasi masalah.
Para introver adalah pemikir. Mereka memikirkan hampir segala sesuatu dan mereka menyukainya.Mereka senang menganalisis reaksi orang terhadap apa yang mereka katakan atau lakukan. Hal ini sangat menguntungkan karena dapat mempermudah mereka untuk merasakan empati. Dalam rapat ataupun diskusi, introver jarang mendominasi pembicaraan. Mereka selalu merasa bahwa pendapat orang lain selalu penting dan harus diberi umpan balik. Sesuai dengan cara berpikir mereka, pendapat orang lain akan selalu mereka masukkan ke dalam pikiran dan mereka pertimbangan. itulah sebabnya para introver dijuluki pencipta kedamaian karena mereka lebih memilih win-win-solution dibanding menemukan solusi solid yang berdasarkan subjektivitas atau objektivitas semata. Mereka lebih menyukai keadaan "Semua orang senang" daripada "Aku yang menang".
2. Cenderung memiliki wawasan yang luas
Para introver senang mengisi energi mereka dengan berada di tempat tenang dan memikirkan segala hal. Selain itu, mereka juga cenderung senang membaca, senang mencari pengalaman baru, dan haus akan pengetahuan. Banyak introver lebih memilih menonton acara dokumenter seperti National Geographic atau Discovery Channel daripada reality show. Mereka senang dengan hal-hal baru dan pengetahuan-pengetahuan yang tak bisa mereka dapatkan di pendidikan formal. Oleh karena itu, wawasan mereka biasanya luas dan pemikiran mereka lebih matang dari mayoritas orang lain karena mereka senang mengintrospeksi diri mereka sendiri dan mengamati lingkungan sekitarnya
3. Cenderung ahli dalam suatu hal
Komunikasi verbal seringkali menjadi hal yang sulit dan melelahkan untuk dilakukan oleh seorang introver. Oleh karena itu, biasanya para introver memilih untuk menggunakan bahasa non-verbal untuk berekspresi dan menyampaikan pendapatnya. Begitu inginnya mereka menyampaikan pendapatnya sehingga mereka menekuni satu "bahasa" hingga mereka ahli dan bebas berekpresi. Misalnya, saya kadang sulit untuk mengungkapkan pendapat saya karena saya takut menyinggung perasaan orang lain atau masyarakat banyak. Cara saya untuk berekpresi adalah melalui musik dan tulisan. Seperti yang sedang kamu baca sekarang adalah bentuk ekpresi saya. Setiap pargraf, setiap kalimat, setiap kata, setiap huruf, bahkan setiap tanda baca adalah ekspresi saya yang murni datang dari pikiran dan hati saya. Begitu juga dalam hal musik. Saya senang menyanyi dan bermain gitar. Dengan bermusik, saya dapat menyampaikan isi hati dan pendapat saya melalui lirik, bahkan nada. Selama saya memainkannya dengan hati, maka hati orang lain dapat mendengar saya. Saya tidak dapat mengatakan bahwa diri saya ahli. Tapi, jika terus saya latih dan saya gunakan untuk berekspresi, akan datang saatnya di mana saya menjadi cukup mahir dalam bidang yang saya cintai. Begitu juga dengan banyak introver di luar sana. Saya kenal dengan para intorver yang ahli dalam "bahasa" mereka sendiri seperti fotografi, menari, olahraga, mendaki gunung, puisi, tulisan, sinematografi, teater, dan lain-lain. Itu semua mereka lakukan untuk berkspresi dan menyampaikan pesan-pesan mereka terhadap masyarakat luas.

Sumber: http://tinyurl.com/jsr5233

Sumber: http://tinyurl.com/hgpmhyl

Sumber: http://tinyurl.com/hwp39q7

Sumber: http://tinyurl.com/gpdgsxr
4. Lebih mandiri
Para introver sudah terbiasa untuk pergi dan melakukan apapun seorang diri. Hal ini sangat membantu dalam pengembangan diri mereka karena mereka tidak perlu ditemani untuk melakukan segala sesuatu. Jika mereka tidak memiliki teman untuk menemaninya melakukan hal-hal yang disukainya, maka tidak masalah, mereka akan pergi sendiri. Rasa haus akan hal dan pengetahuan baru mendorong mereka untuk tidak takut mencari pengalaman. Mereka senang mengandalkan diri mereka sendiri.
5. Pekerja keras
Ya, kaum introver adalah pekerja keras. "Fokus" adalah nama tengah mereka. Walaupun mereka belum tentu memiliki kemampuan, jika mereka memiliki kemauan yang kuat, maka mereka akan menekuni hal-hal yang mereka sukai sampai benar-benar menguasainya. Mungkin untuk memperhatikan hal-hal yang kurang mereka sukai, fokus mereka gampang teralihkan. Tapi, apabila mereka sudah penasaran terhadap suatu hal, maka fokus mereka sekokoh baja. Hal ini sangat membantu para introver dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan yang menumpuk.
Yah, saya kira cukup pos saya kali ini mengenai introver. Bagaimana? Kamu sudah mulai menyadari keberadaan introver di sekitarmu? Tidak kok, saya tidak menulis ini untuk menunjukkan bahwa introver adalah sesuatu yang buruk atau membuat alasan dan pembenaran untuk kaum introver. Saya hanya ingin menyadarkanmu bahwa kamu hidup berdampingan dengan para introver. Toleransi adalah yang ingin saya sampaikan kepada kamu. Jangan terlalu cepat menganggap orang lain seperti yang kamu pikirkan jika kamu hanya melihat mereka dengan sebelah mata. Janganlah kamu menjauhi para intorver, cobalah dekati mereka dan kenali mereka lebih dalam. Saya berani jamin, setelah kamu mengenal mereka, mereka adalah orang-orang yang menarik.
Pesan saya kepada kaum introver di luar sana : Wahai Kawan, janganlah kamu berusaha menjadi ekstrover. Kamu terlahir sebagai seorang introver. Kamu terlahir sebagai Sang Pecinta Damai. Terimalah dirimu apa adanya. Kenalilah dirimu lebih dalam karena mengenal diri sendiri adalah hal yang sulit. Hartakanlah sahabat-sahabatmu karena mereka adalah orang-orang yang menerimamu apa adanya. Mereka memuja kelebihanmu dan mencintai kekuranganmu. Apabila kamu ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai introver dan ekstrover, saya rekomendasikan kamu buku The Introvert Advantage karangan Marti Olsen Laney Psy.D. Buku itu banyak terdapat di toko buku dan sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Bersahabatlah dengan dirimu sendiri dan gunakan kelebihanmu untuk mencapai mimpimu! :D
"I don't like that man. I must get to know him better"
- Abraham Lincoln
ความคิดเห็น