Jarum di Antara Jerami
- Indra Ajidarma Sadewo
- Jan 12, 2017
- 7 min read
Kita sebagai manusia memiliki keahlian, ketertarikan, dan kecintaan masing-masing bukan? Nah, pernahkah kamu berpikir apakah kegemaran atau kecintaanmu?
Sejak kecil, kita sekolah di TK, kemudian SD, lalu SMP, lalu SMA, lalu kuliah. Setelah menyelesaikan kuliah, semua orang betebaran di sana-sini untuk mencari pekerjaan atau meneruskan kuliah. Setelah cukup mapan, kita akan menikah, mempunyai keluarga, membesarkan anak, hingga hari tua menjelang.
Mari kita renungkan, kegiatan kita sehari-hari. Misalnya, coba saya derajatkan kita sebagai mahasiswa, ya. Kita bangun di pagi hari, kemudian pergi ke kampus. Kita menghabiskan waktu dari pagi hingga sore di kampus untuk menjalani kuliah. Setelah pulang, kita merasa lelah dan ingin beristirahat. Kita terus beristirahat, hingga malam tiba. Itupun belum termasuk mengerjakan tugas dan keperluan lain yang berhubungan dengan kuliah. Kemudian, kita tidur. Keesokan harinya, kita kembali bangun, pergi ke kampus, dan seterusnya. Jika akhir pekan tiba, kita biasa menghabiskan waktu di rumah untuk beristirahat atau pergi bersama teman atau keluarga untuk makan malam atau kegiatan lainnya. Rutinitas itu terus dilakukan hingga kita lulus kuliah. Setelah kuliah, kita dihantui kewajiban untuk mencari pekerjaan. Tidakkah kamu merasa lelah terus berada dalam tekanan dan dirantai oleh kewajiban? Tidak adakah waktu untuk dirimu menikmati hidupmu?
Kewajiban dan pendidikan akan selalu bertengger di bahu kita. Tapi, hal itu banyak menyebabkan kita menjadi terlalu fokus pada masa depan sehingga kita lupa untuk menikmati hidup dan masa muda kita. Dengan segala kesibukan yang kita miliki, kita cenderung melupakan atau mengabaikan kegemaran kita.
Sebagai manusia, kita memiliki bakat dan kecintaan. Tetapi, hal-hal tersebut tak dapat terungkap jika kita tidak mencari atau menggalinya. Tuhan Yang Maha Kuasa tidak memberi kita sebuah catatan ketika kita lahir bahwa bakat dan kecintaan kita adalah ini atau itu. Kita harus mencarinya sendiri.
Mungkin timbul pertanyaan, "Bagaimana caranya saya bisa menemukan bakat dan kecintaan saya? Ada sekian banyak bidang dan kegiatan yang ada di dunia ini. Ini seperti mencari jarum di antara jerami". Ya, memang ada ribuan kegiatan atau bidang yang dapat kamu geluti yang salah satu atau beberapa di antaranya adalah bakat atau kecintaanmu. Ada bidang bisnis, musik, teater, tari, olahraga, dan lain-lain. Tapi, percayalah, tidak sesulit itu untuk menemukan bakat dan kecintaanmu.
Baiklah, mungkin kamu sedikit bingung dengan kata bakat dan kecintaan. Mari saya perjelas, bakat adalah sebuah keahlian atau potensi dalam dirimu yang sudah mengalir dalam darahmu sejak lahir. Bakat adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa untukmu. Apabila kamu mendapati bahwa dirimu tergolong mudah dalam mempelajari suatu hal, mungkin itu adalah bakatmu. Sedangkan, kecintaan memiliki artian yang mengarah ke hasrat dan kegemaran. Suatu kegiatan atau bidang yang kamu akan merasa nikmat dan luar biasa senang ketika melakukannya, entah itu bernyanyi, bermain musik, bermain sepak bola, berenang, atau hal-hal lainnya. Jika kamu menyukai suatu kegiatan dan kamu merasa tidak nyaman apabila tidak melakukan itu setidaknya semingu sekali, bisa dikatakan itulah kecintaanmu. Kamu akan merasa penasaran jika tidak menggali bidang atau keahlian tersebut hingga ke akarnya.
Kecintaan dan bakat tidak selalu berjalan bersamaan. Misalnya, saya sebenarnya berbabakat menggambar. Sejak kecil, gambar saya banyak dipuji karena cukup bagus. Namun, saya tidak terlalu senang ketika menggambar. Jika suasana hati saya sedang baik, maka saya bisa menghasilkan sebuah gambar yang saya sendiri heran saya bisa menggambarnya. Tetapi, jika suasana hati saya sedang tidak bagus, menggambar orang saja bentuknya pasti tidak proporsional.
Kamu beruntung apabila kecintaanmu menjadi pekerjaanmu. Banyak orang yang bekerja di bidang yang mereka cintai. Jika kecintaanmu adalah bernyanyi dan kamu sangat mencintainya sehingga kamu ingin berprofesi menjadi penyanyi, mungkin kamu akan mendapatkan tanggapan dari orang lain bahwa bidang musik tidak menjanjikan masa depan yang cerah dan alasan-alasan lainnya. Seandainya pendapat mereka benar, bagaimana bisa lahir penyanyi-penyanyi legendaris seperti Chrisye, Harvey Malaiholo, Elfa Secioria, dan penyanyi-penyanyi lain yang lagunya terus abadi walaupun penyanyinya sudah mencapai akhir hayatnya? Tidak ada kata "tidak mungkin", Kawan. Jika kamu ingin menjadikan kecintaanmu sebagai pekerjaan dan penopang hidupmu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Tuhan Yang Maha Esa akan selalu memberikan kamu jalan apabila kamu tekun, meskipun jalannya harus kamu gali sendiri.
Kembali pada topik, satu-satunya cara untuk mengetahui apa kecintaanmu adalah dengan mencoba segala hal yang dapat kamu coba, dalam kegiatan yang positif tentunya. National Geographic Channel pernah mengadakan kampanye berjudulkan "Live Curious" yang bertujuan untuk menyebarkan inspirasi kepada dunia untuk mengembangkan rasa penasaran terhadap dunia dan lingkungan sekitar. Rasa penasaran adalah naluri manusia. Karena rasa penasaranlah manusia dapat mengembangkan teknologi sejak zaman batu hingga sekarang.
Saya punya sebuah cerita perjalanan pencarian kecintaan dari kakak saya. Sejak kecil, kakak saya gemar menggambar. Mulai dari kertas hingga dinding dia gambari. Kapanpun, di manapun, dia selalu menggambar. Kecintaannya pada menggambar terus diasah, segala sesuatu mengenai dunia gambar-menggambar dicoba olehnya. menggambar dengan pensil, melukis, hingga menggambar dengan komputer dicoba olehnya. Kakak saya berkuliah di jurusan arsitektur dan melanjutkan S2 di Australia untuk mendapatkan gelar Master of Design. Sekarang, dia bekerja di sebuah perusahaan desain di Australia dengan prestasi yang baik. Namun, kecintaan yang dia miliki bukanlah hanya menggambar. Kakak saya terus mencoba hal-hal baru.
Ketika kuliah, dia mencoba untuk belajar bermain biola karena tertarik dengan orkestra di kampusnya. Dari nol dia belajar bermain biola hingga dia berhasil menjadi ketua organisasi orkestra di kampusnya. Tidak berhenti sampai di situ, ketika dia meneruskan kuliah di Australia, dia mencoba segala hal yang menarik perhatiannya. Olahraga yang terkenal di Australia adalah berselancar (di laut tentunya, bukan di internet). Dia penasaran dan mencoba berbagai jenis olahraga laut seperti selancar dengan papan selancar, kite surfing, wind surfing, menyelam, dan entah apalagi. Kakak saya berlatih dengan tekun hingga menguasai bidang olahraga tersebut. Dia berubah dari seseorang yang takut akan laut menjadi peselancar di laut.
Sudah selesai? Belum. Kakak saya juga gemar bepergian. Dia telah menjelajahi berbagai negara dan benua dengan kakinya sendiri (dan pesawat terbang tentunya). Selain itu, kakak saya juga menggeluti bidang fotografi dan animasi. Kini, dia sedang gemar memanjat tebing, mulai dari diamankan dengan tali hingga memanjat tebing tanpa tali. Kenapa tanpa tali? Tanya saja Kakak saya, saya juga tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Saya yakin tidak lama lagi dia akan menemukan kegemaran baru.
Itulah yang disebut dengan menikmati hidup, Kawan. Pekerjaan kakak saya berjalan dengan baik, namun hobi dan kecintaannya juga dilakukannya dengan tekun. Apalagi yang perlu disesalkan? Kakak saya tidak tahu bakat maupun kecintaannya ketika kecil. Tapi, dengan mencoba segala hal, akhirnya dia dapat terus menemukan potensi baru dalam dirinya yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Ayah saya juga adalah salah satu orang paling penasaran yang pernah saya kenal. Segala hal baru yang menarik perhatiannya pasti akan dicobanya. Jika beliau sudah tenggelam dalam kegemarannya, beliau sungguh-sungguh menekuninya. Dia mencoba hal-hal baru seperti beternak hamster, beternak marmut, beternak kelinci, hingga menanam bunga dan pohon yang dapat menghasilkan buah. Jika setelah beberapa lama beliau mulai bosan, maka ditinggalkannya bidang itu dan beliau akan mencari kegemaran baru. Meskipun terkesan mubazir, setidaknya beliau mendapat banyak ilmu pengetahuan dari pengalamannya. Ilmu pengetahuan apa sih yang tidak berguna?
Kalau saya, saya kuliah jalan terus. Tapi kecintaan saya, yakni menulis dan bernyanyi, terus saya asah. Saya pun menulis blog ini karena inilah kecintaan saya. Walaupun tidak setiap hari saya menulis blog, saya mempunyai buku harian yang saya tulis secara berkala. Sayapun mengikuti les bernyanyi untuk terus mengasah kemampuan bernyanyi saya sehingga saya bisa belajar untuk bernyanyi dengan merdu. Melelahkan? Ya, memang melelahkan. Tetapi saya senang. Jika kita hanya menjalani hidup yang sudah digariskan oleh budaya tanpa menyempatkan waktu untuk menjalani apa yang kita cintai dan menikmati hidup kita, tidakkah hidup kita terasa kurang berwarna?
Memang, mencari bakat dan kecintaan itu seperti mencari jarum di antara jerami. Bagaimana cara kita mencarinya? Periksa saja jeraminya satu per satu. Jerami-jerami tersebut dapat kamu gunakan untuk hal-hal lain dan jarum yang kamu caripun juga dapat kamu temukan. Membutuhkan waktu yang lama? Ya, memang lama. Dalam hidup ini, tidak ada yang isntan, bukan?
Kamu tahu moto dari merk NIKE? "Just Do It!". Memang benar. Kamu penasaran ingin mencoba sesuatu? Coba saja. Kamu penasaran caranya ice skating? Coba saja. Kamu penasaran ingin memanjat tebing? Coba saja. Kamu penasaran rasanya terbang dengan layang gantung? Coba saja. Kamu penasaran bagaimana rasanya terjun payung? Ya, coba saja. Kamu penasaran bagaimana rasanya terjun tanpa parasut? Ya..........coba pikir dua kali.
Kita mungkin sering mengeluh tidak dapat melakukan hal yang kits sukai karena tidak adanya waktu luang. Saya pernah membaca buku berjudul The Other 8 Hours karangan Robert Pagliarini.

Sumber : http://tinyurl.com/hqno2fc
Pada buku tersebut, Robert menjabarkan bahwa kita sebenarnya memiliki 8 jam waktu luang setiap hari. Kita membutuhkan waktu 8 jam untuk tidur, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam waktu luang. Sebagai contoh, kamu tidur jam 10 malam dan bangun pada jam 6 pagi, itulah 8 jam pertama. Kamu memiliki 3 jam waktu luang pada pagi hari dengan asumsi kamu mulai bekerja dari jam 9 hingga jam 5, itulah 8 jam kedua. Kamu sudah menyimpan 3 jam antara jam 6 pagi hingga jam 9 pagi. Di atas jam 5, setelah kamu selesai bekerja, kamu memiliki waktu luang hingga jam 10 malam lagi, yaitu sebanyak 5 jam. Maka, akan menjadi 8 jam jika ditambah dengan 3 jam waktu luang pada pagi hari tadi. Banyak sekali hal yang dapat kamu lakukan pada 8 jam tersebut, bukan? Bahkan, kamu dapat mencuri waktu sekitar 1 jam dari 8 jam kerjamu. Bisa kamu ambil ketika kamu sedang dalam perjalanan berangkat dan pulang dari tempat kerja. Mungkin berlatih bernyanyi, membaca buku, atau mencari ide tulisan, selama perjalanan. Jadi, sebenarnya kamu memiliki banyak waktu luang jika kamu memanfaatkanya dengan tepat.
Jadi, maksud saya adalah cobalah untuk melakukan hal yang kamu cintai di waktu luangmu. Kamu tidak tahu bakat dan kecintaanmu? Cobalah banyak hal-hal baru selagi kamu masih muda. Masa muda hanya datang sekali seumur hidup, Kawan. Jika kamu menemukan kecintaanmu pada sesuatu dan mendalaminya, saya berani menjamin hidupmu akan jauh lebih berwarna. Layaknya dunia, semakin banyak warna yang ada, akan semakin indah dipandang, bukan hanya sekedar hitam dan putih. Warnailah hidupmu, Kawan Tanggung jawab dan kewajiban tetap harus dijaga dan diemban, namun jalanilah hidupmu dengan caramu sendiri. Ini adalah hidupmu, bukan hidup orang lain.
Seperti biasa, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kata-kata saya yang menyinggungmu. Oh ya, yang saya paparkan di pos ini adalah pandangan subjektif saya semata, bukan berarti pasti benar, kamu boleh setuju, boleh tidak. Saya hanya berbagi pengalaman dan inspirasi. Jika kamu menyukai tulisan saya, mohon dibagikan kepada teman atau keluargamu. Jika kamu ingin memberi komentar silahkan tinggalkan komentar di bawah pos ini atau jika kamu ingin berdikusi dengan saya, bisa hubungi saya melalui e-mail. Terima kasih sudah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca tulisan saya ini. Semoga tulisan saya dapat berguna untukmu.
"If you can't figure out your purpose, figure out your passion. For your passion will lead you right into your purpose"
-Thomas Dexter Jakes
Comments