Momen Tik-Tok
- Indra Ajidarma Sadewo
- Jan 12, 2017
- 4 min read
Kehidupan di perkotaan selalu dipenuhi kesibukan, khususnya di kota-kota besar. Orang berjalan hilir mudik. Mobil dan motor berlalu-lalang di jalan raya. Sejak matahari baru mulai memunculkan hidungnya hingga bulan memutuskan untuk turun dari langit, kesibukan di perkotaan terus berjalan. Suhu panas dan udara lembab seakan tidak memengaruhi kita untuk mencari nafkah ataupun menuntut ilmu. Keributan senantiasa memukul gendang telinga kita, asap sediakala merasuki paru-paru kita. Kesibukan terus menemani hari-hari kita, dari pagi hingga sore, 5 hari seminggu (pada umumnya). Tak adakah waktu sedikit untuk kita menenangkan diri atau sekedar "bernapas"?
Pergi berlibur? Hmm, ide yang bagus! Kalau Kamu seorang mahasiswa seperti saya, itu ide bagus. Tapi bagaimana dengan Kamu yang yang sudah bekerja? Sempatkah berlibur? Terkadang berlibur untuk waktu yang lama berarti menghabiskan jatah cuti atau berhenti bekerja sama sekali. Kalau begitu apa yang harus dilakukan?
Pernahkah Kamu membaca buku Sejenak Hening atau Sadar Penuh Hadir Utuh oleh Adjie Silarus? Pada buku-buku tersebut, Mas Adjie memaparkan pentingnya bagi kita untuk meluangkan sedikit waktu guna menenangkan diri kita agar kita bisa menjernihkan pikiran kita dan mencegah stress berlebihan.

Sumber: http://tinyurl.com/jn655aj

Sumber: http://tinyurl.com/hyruk6z
Kita sebagai manusia tentunya mempunyai batasan beban pikiran, bukan? Beban berlebihan dapat menyebabkan stress. Kalau Kamu sudah stress, makan pun rasanya tidak enak, Kawan. Ketika begitu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan dan terlalu banyak pikiran yang ada di dalam kepala kita, kita akan cenderung panik. Apabila sudah panik, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi, antara kita bekerja dengan tidak kondusif rasa tertekan yang dapat menyebabkan hasil pekerjaan juga tidak optimal atau kita justru tidak melakukan apapun sepanjang hari karena tidak tahu harus mulai dari mana.
Sayapun pernah mengalami hal itu dan di tengah kericuhan tersebut, saya menemukan metode yang cukup efektif untuk mengatasi masalah itu. Begini ceritanya. Saat itu saya sedang menempuh semester yang di dalamnya terdapat banyak sekali praktikum. Tugas, laporan, ujian, dan deadline memenuhi pikiran saya. Saya merasa sedang bekerja di banyak perusahaan dalam satu waktu. Saya harus mengerjakan tugas satu, yang satu belum selesai, sebentar lagi adalah deadline untuk tugas yang kedua. Yang kedua baru selesai, laporan harus sudah mulai dikerjakan. Laporan belum selesai, saya harus masuk kelas. Saya bahkan tidak punya waktu untuk sekedar makan. Saya begitu stress sampai berat badan saya turun 8 kg dalam waktu 3 bulan. Sisi baiknya, saya menjadi lebih kurus tanpa perlu diet. Sisi buruknya, saya terlihat lebih gembel dari karung beras yang sudah dikoyak-koyak kucing.
Suatu hari, pada siang hari, saya baru saja pulang kuliah dan duduk di tempat tidur kos saya. Rambut saya sudah acak-acakan. Kumis dan jenggot merambat liar di wajah saya. Baju sudah beberapa hari tidak dicuci. Kaus kaki saya bolong. Sepatu saya juga bolong. Perut saya isinya limbah pabrik. Ada kecoa lewat. Saya lupa pakai deodorant. Bahkan, saya lupa apakah saya sudah mandi atau belum tadi pagi. Kalaupun sudah, saya rasa saya lupa sikat gigi.
Begitu banyak tugas dan laporan yang harus saya kerjakan. Saya hanya termenung menatap jendela. Saya bingung harus mulai dari mana. Kerjakan yang satu, saya takut yang lain tidak sempat dikerjakan.Kerjakan yang lain, nanti yang satu tidak sempat dikerjakan. Saya berharap waktu berjalan lambat. Mungkin kalau saya sedang puasa, saya akan berpikir dua kali.
Saya butuh ketenangan. Saya butuh waktu. Maka saya mematikan lampu, laptop, telepon genggam, dan kipas angin. Kini kamar saya sunyi senyap. Hanya terdengar suara jam beker hadiah dari sahabat saya. Tik...tok...tik...tok...tik...tok. Saya duduk bersila di tempat tidur dan memejamkan mata. Saya tarik napas dalam-dalam dan saya hembuskan perlahan selama beberapa kali hingga saya mulai tenang. Saya membayangkan tulisan "laporan 1", "tugas 2", dan lain-lain. Semula, tulisan-tulisan tersebut bergentayangan. Kini, saya tenangkan dan saya susun satu per satu. "Pertama saya akan mengerjakan tugas ini. Estimasi waktu sekitar 3 jam. Lalu, saya akan kerjakan tugas 2. Estimasi waktu sekitar 2 jam. Kemudian laporan. Ah, jangan! Laporan akan lama waktu pengerjaannya. Saya kerjakan malam saja. Malam masih panjang". Saya terus membatin. Semua urutan pekerjaan saya susun dan mengestimasikan waktu pengerjaannya masing-masing. Setelah semuas tersusun rapi, saya membuka mata. Saya rasakan diri saya sudah lebih tenang. Dengan penyusunan yang saya lakukan dalam pikiran saya, saya mendapat gambaran bahwa yang harus saya kerjakan ternyata tidak sebanyak yang saya kira. Butuh waktu memang, tapi bisa selesai.
Sungguh aneh, tadi saya panik akrena begitu banyak yang harus saya kerjakan. Tetapi, setelah saya susun, ternyata tidak sebanyak itu. Mungkin pikiran manusia memang dapat dikaburkan dengan kepanikan dan rasa takut. Semua menjadi terasa mengerikan apabila kita tidak tenang. Setelah saya tenang, saya mulai mengerjakan tugas dan laporan sesuai dengan yang sudah saya susun. Pada akhirnya, semua pekerjaan berhasil saya kerjakan hari itu juga dan saya punya waktu untuk bersantai sedikit. Dari situ, saya belajar bahwa pikiran yang tenang dapat memengaruhi kinerja kita. Karena saya berhasil menenangkan diri saya dengan sesedikit mungkin distraksi, hanya terdengar suara jarum detik jam bergerak secara konstan, saya namakan metode ini "Momen Tik-tok".
Beberapa bulan kemudian, saya menemukan buku yang ditulis oleh Adjie Silarus. Buku tersebut mengajarkan hal yang mirip seperti apa yang saya lakukan pada momen tik-tok. Buku tersebut memaparkan bahwa meluangkan waktu sedikit untuk menenangkan diri itu penting berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan. Saya tidak mengira bahwa gagasan saya juga digagaskan oleh seorang sarjana psikologi. Mungkin jika saya menerbitkan buku tentang momen tik-tok pada saat itu. Buku saya mungkin juga laris seperti buku Mas Adjie..hehe.
Begitulah, Kawan. Apabila Kamu sedang dibebani oleh banyak pekerjaan, boleh mencoba momen tik-tok seperti yang saya terapkan. Kamu juga boleh membaca buku Adjie Silarus yang berjudul Sejenak Hening dan Sadar Penuh Hadir Utuh. Terima kasih telah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca tulisan saya dan semoga tulisan saya berguna bagimu.
"Jangan hanya kerja, kerja, kerja... Duduklah dulu, diam dan pejamkan mata"
- Adjie Silarus
Comments